Minggu, 05 Januari 2020

DAUN MANGKOKAN : TANAMAN PAGAR ZAMAN DULU

Oleh : Resna natamihardja
Pertama kali diposkan tanggal 16 Agustus 2016 di resnanotes.blogspot.com

     Sesuai judulnya, tanaman ini dulu banyak dijadikan tanam pagar rumah di desa - desa.  Biasanya ditanam bersamaan dengan daun lalapan lainnya.  Seiring dengan semakin bervariasinya jenis tanaman hias yang diperkenalkan di Indonesia, keberadaannya sebagai tanaman pembatas halaman rumah mulai tergeser oleh tanaman lain.

     Padahal pohon daun mangkokan adalah tanaman multiguna selain menjadi tanaman pagar, daunnya bisa dijadikan lalapan.  Daun mudanya dipetik lalu dikukus dan disajikan bersama sambal terasi sebagai teman nasi.  Daun mangkokan juga merupakan bumbu aromatik, irisan tipis daun mangkokan menjadi salah satu komponen dalam pembuatan gulai.

      Bentuk daunnya yang mirip mangkok biasa dimanfaatkan anak - anak zaman dulu (termasuk saya) dalam permainan masak - masakan.

     Di rumah kami tanaman daun mangkokan sudah bertahun - tahun menghuni halaman samping rumah.  Tak pernah di rawat secara khusus.  Tanaman ini dulu berasal dari stek batang.  Di musim kemarau tahun lalu daun tanaman ini sempat habis dimakan belalang (belalang aja doyan hehe...), tapi tanpa penanganan khusus seiring datangnya musim penghujan, tanaman ini kembali rimbun seperti nampak dalam gambar yang saya ambil.
   
     Daun mangkokan secara tradisional biasa digunakan untuk mengatasi  beberapa masalah diantaranya untuk mengobati radang payudara pada ibu menyusui, melancarkan asi dan menghilangkan bau badan.

     Adapun hasil penelitian ilmiah tentang manfaat daun mangkokan yang memiliki nama latin Northopanax scullaterium yang dipublikasikan kebanyakan tentang hasil pengujian atas khasiat daun mangkokan sebagai penyubur rambut terhadap hewan percobaan,   yang menunjukkan bukti bahwa daun mangkokan memiliki kemampuan mempercepat pertumbuhan rambut.

     Orang - orang zaman dulu menanam pohon mangkokan di halaman rumahnya dengan multifungsi selain sebagai pagar yang menandai batas tanah dengan rumah sebelahnya (hal yang sudah jarang dilakukan di pedesaan sekalipun, sekarang dengan alasan lebih artistik lebih banyak orang menggunakan pagar dengan perpaduan tembok dan besi) juga sebagai warung hidup yakni sumber pangan, biasanya sebagai pagar daun pandan tanaman mangkokan ditanam bersama dengan tanaman lalapan/sayur lainnya seperti daun imba ataupun daun katuk, bisa berselang - seling  ataupun dalam deret yang berbeda.  Dengan multifungsi seperti ini secara tidak langsung orang - orang zaman dulu telah berupaya melakukan satu langkah dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan skala rumah tangga.  Suatu bentuk kearifan setempat yang mulai ditinggalkan orang - orang pedesaan (apalagi perkotaan) sekarang.